Jumat, 24 Januari 2014

Mozaik Kepemimpinan Jokowi dari sudut pandang rakyat

tulisan ini bukan bertujuan untuk mempromosikan buku ini karena sayapun tidak mendapat royalti dari buku ini :p. melainkan bertujuan untuk share ilmu, berdiskusi, dan semoga dapat mencerahkan kita. tulisan ini sebagian bersifat report dan sebagian bersifat opini serta sebagian lagi bersifat fakta. jika ada salah dalam hal penulisan ataupun tag-an mohon dimaklumi dan dimaafkan serta diberikan kritik dan saran. 


Pusat studi demokrasi dan ketahanan nasional LPPM mengadakan sebuah acara bedah buku karya Imelda Yuniati. Acara ini dilaksanakan di auditorium UNS sekaligus dalam rangka memperingati Dies Natalis UNS ke-38. Acara bedah buku yang turut dihadiri oleh wakil walikota Solo dan pembantu Rektor 4 UNS ini akan mengupas buku yang berjudul “mozaik kepemimpinan Jokowi dari sudut pandang rakyat” yang menghadirkan para pembahas seperti Sunny Ummul Firdaus, SH. MH , Dr. Khundaru Sadhono, M.Hum, Drs.Mulyanto Utomo dan Fraksi partai Demokrat yang membawahi DPRD 4 surakarta sekaligus sebagai moderator adalah Dr.Andre Rahman. Acara ini diselenggarakan tanggal 23 januari 2014 dengan ketua pelaksana adalah bapak Muh Hendri yang sekaligus sebagai ketua Pusat Studi Demokrasi dan Ketahanan Nasional LPPM.

Pembahasan

Dalam bedah buku tentang kepemimpinan Jokowi ini sudah tentu pasti banyak membahas tentang kelebihan Pak Jokowi selama beliau memimpin Solo 7 tahun. Dalam kepemimpinan beliau yang selama 7 tahun inilah yang menginspirasi Imelda Yuniati menuliskan buku tentang beliau. Didalam buku tersebut lebih menceritakan secara jujur sudut pandang ibu Imelda sebagai rakyat yang dipimpin oleh Jokowi karena rumah beliau juga dekat dengan rumah dinas Jokowi.

Komentar dari para pembahas tentang buku ini dapat dikatakan cukup berimbang antara pro dan kontranya. Komentar dari redaktor Senior Solopos bapak Drs.Mulyanto misalnya, beliau menyatakan buku ini “menarik” akan tetapi banyak tulisan dalam buku ini yang tidak sesuai dengan konteks ketatabahasan Indonesia. Beliau juga sedikit menilai Jokowi menurut sudut pandangnya. Pada masa pemerintahannya, Pak Jokowi tidak pernah secara verbal menegur kritik pedas dari Solopos kepadanya. Hal inilah yang menurut bapak Mulyanto membuat Jokowi terkenal dan akrab dikalangan media walaupun disisi lain Jokowi juga turut dibantu oleh staf Ahlinya. Diakhir komentarnya, beliau menyatakan kritik untuk Jokowi itu sangat perlu, karena beliau tidak ingin Jokowi dianggap sebagai “setengah dewa” yang bisa saja akan menjatuhkan nama Jokowi jika kedepannya dicalonkan sebagai RI 1. oleh karena itu redaktor senior koran Solopos ini menyatakan kritik kepada Jokowi itu perlu, bukan untuk menjatuhkan beliau akan tetapi sebagai bekal beliau untuk memperbaiki kekurangannya jika ingin maju sebagai calon Presiden Indonesia mendatang.

Dipihak kontra ada Ibu Rini sebagai Fraksi Demokrat yang mengatakan bahwa Jokowi juga walikota yang bukan tanpa cela. Masih banyak kebijakan-kebijakan Jokowi yang turut mengundang kritik dari DPRD bidang 4 Surakarta tersebut misalnya, kerjasama antara Pemkot Surakarta dengan UN Habitats dalam proyek griya layak huni yang dananya mencapai 9 milliar. Menurut Ibu Rini, daya serap dana terhadap kaum marjinal masih dibilang kecil dibandingkan kepada pihak kontraktor. Selain itu pembangunan hotel dan apartemen disolo yang menyisakan banyak masalah seperti sumbangsih dari pihak manajemen hotel dan apartemen terhadap lahan hijau dan makam yang tidak disediakan oleh mereka.

Bapak Sadhono lebih memilih untuk mengomentari buku yang ditulis oleh Ibu Imelda. Beliau mengatakan bahwa buku ini merupakan genre Faksi (Fakta Fiksi) atau bisa diartikan sebagai Fakta yang diceritakan. Dari segi bentuk dan cover buku seperti buku teks atau buku perkuliahan, selain itu banyak bab dalam buku ini yang antiklimaks dalam penceritaannya dikarenakan ketimpangan jumlah halaman dan isi dari masing-masing bab yang berbeda-beda. Selain itu buku ini juga hanya mendepankan pembelaan penuh terhadap Jokowi, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya dukungan terhadap beliau bahwa apa yang dilakukan beliau bukan hanya pencitraan semata.

Diakhir acara, walikota Surakarta melalui bapak Purnomo selaku walikota Surakarta berpesan kepada masyarakat Surakarta agar pada tanggal 9 April 2014 nanti atau tepatnya pada momen Pemilu Legislatif dan Presiden, masyarakat kota solo menggunakan hak suaranya untuk memilih dan jangan sampai ada yang golput. Selain diberikan ilmu melalui bedah buku ini, penonton juga disuguhkan dengan ketoprak Ngampung Balekambang.

Kesimpulan

Kesimpulan yang akan saya utarakan disini bukan dilihat dari sisi bagus atau buruknya buku dalam mengupas seluk beluk tentang Jokowi. Akan tetapi saya akan lebih mengambil kesimpulan dari komentar-komentar para pembahas di acara bedah buku ini.

Selama 7 tahun masa kepemimpinan pak Jokowi dikota Surakarta ini, beliau bisa dibilang cukup sukses dalam memimpin kota ini menjadi kota yang rapih, tertata dan memanusiakan manusia. Selain itu beliau juga cukup sukses menjalin relasi dengan media, rakyat kecil, pengusaha, pedagang, dll. Dalam 7 tahun kepemimpinannya jugalah yang mengantarkan beliau dapat menduduki posisi saat ini sebagai gubernur DKI Jakarta. Elektabilitasnya menjelang Pemilu 2014 pun bisa dikatakan sebagai “Fenomena” karena angkanya cukup tinggi.

Walaupun digadang-gadangkan sebagai calon Presiden RI dimasa mendatang, sudah barang tentu Jokowi bukanlah manusia setengah dewa yang tanpa kekurangan. Masih banyak juga kritik yang dialamatkan kepada beliau mengenai kepemimpinannya selama di Surakarta terutama saat beliau mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyak rakyat Surakarta yang mendukung namun banyak juga yang mengkritik beliau, mungkin ini juga karena tingginya kepercayaan masyarakat terhadap beliau jika dilihat dari hasil Pemilu Surakarta yang mencapai suara mutlak 90% mendukung Jokowi sebagai walikota Surakarta.

Mungkin Jokowi cukup sukses meninggalkan jejak-jejak kepemimpinan di kota ini, namun jika Jokowi ingin dijagokan sebagai calon Presiden dimasa mendatang beliau butuh kritik yang bukan dengan tujuan menjatuhkan akan tetapi kritik yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada diri beliau agar kelak dapat menjadi calon pemimpin yang ideal dan didambakan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dan inilah tantangan bagi rakyat Indonesia terutama mahasiswa dalam memberikan kritik yang membangun kepada para calon pemimpin negeri ini. selain itu tipe kepemimpinan Jokowi yang pro rakyat juga patut ditiru para mahasiswa yang pada akhirnya akan menjadi calon pemimpin dimasa mendatang.

“Kritik bukan selalu ditunjukkan untuk menjatuhkan, akan tetapi kritik lebih banyak ditunjukkan untuk memperbaiki diri kita dan memenuhi keinginan orang-orang yang mengkritik kita.” Wakil walikota Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar