Rabu, 15 Januari 2014

THE POWER OF GAMELAN

Malam ini 12 januari 2014 saya membaca artikel tentang film The Hobbit: The Desolation of Smaug arahan Peter Jackson, disana menceritakan tentang keterlibatan alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia tepatnya di tanah Jawa yaitu Gamelan. Ternyata suara dari alat musik Gamelan ini dimasukkan untuk mengisi musik di film yang mulai rilis bulan desember 2013 itu.
Film The Hobbit ini merupakan Trilogy ke dua dari novel yang ditulis dengan judul yang sama. Kisah di film ini menceritakan tentang perjalanan seorang Hobbit yang bernama Bilbo merantau bersama rombongan kurcaci dan penyihir yang bernama Gandalf untuk pergi ke gunung sunyi tempat dimana kerajaan para kurcaci tersebut yang sekarang dikuasai oleh naga bernama Smaug. Digunung tersebut dipenuhi oleh jutaan keping emas yang menandakan besar dan kayanya kekuasaan dari kerajaan the dwarf. Untuk merebut dan mengembalikan kekuasaan dari para kurcaci ini, maka perjalanan di dunia yang dinamai Middle-Earth ini menuju gunung sunyi ini dipimpin langsung oleh Thorin sang putra raja.
Bilbo yang terlibat dalam perjalanan tersebut diperuntukkan untuk mencuri arkenstone dari tangan naga. Dalam perjalanannya mereka dihadang makhluk-makhluk seperti goblin, Orc, elves, laba-laba, dll yang membuat ceritanya menjadi menegangkan untuk disaksikan. Film yang merupakan kisah sebelum film Lord of the Rings ini juga memecahkan rekor box office dengan meraup $ 84,8 juta di amerika pada pekan pertama perilisannya.
Terlepas dari betapa menegangkan dan menariknya film ini, ternyata film ini secara tidak langsung membanggakan sekaligus mengenalkan Indonesia di mata dunia dengan kehadiran alat musik Gamelan didalamnya. Hal ini terjadi ketika produser film the Hobbit menghubungi New Zealand Symphony Orchestra untuk memasukkan musik baru didalam film tersebut, dan pihaknya memberikan nama Budi dengan Budi Surasa Putra yang merupakan anggota kelompok musik gamelan di negara selandia baru yang bernama Music Director Padhang Moncar. Karena tertarik dengan keunikan suara gamelan akhirnya sang produser memasukkan musik gamelan kedalam film tersebut. Budi yang juga merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini mengaku bangga, karena gamelan diminta secara langsung untuk mengisi iringan musik di film ini.
Membangkitkan Optimisme
Fenomena diatas pada dasarnya menunjukkan kemampuan budaya dan seni Indonesia untuk bersaing dan terkenal di tingkat Internasional. Hal ini tentu saja sangat membanggakan, akan tetapi bisakah kita selaku warga negara Indonesia ikut mengenalkan seni dan budaya Indonesia kepada dunia, minimal menjaga dan melestarikannya. Apakah kita harus menunggu sampai kebudayaan asli di Indonesia ini terkikis atau diklaim oleh negara lain baru kita berusaha melestarikannya?
Usaha yang dilakukan Budi yang sejak tahun 1996 menetap di Selandia Baru ini termasuk usaha yang harus diacungkan jempol serta diapresiasikan oleh pemerintah Indonesia, selain berusaha melestarikan seni dan budaya di Indonesia, hal ini turut mengenalkan Indonesia di mata dunia sebagai negeri yang bukan hanya dikenal sebagai Bali.
Selain budi, usaha pelestarian terhadap seni dan budaya Indonesia ini juga dilakukan oleh Saung Udjo yang berada di daerah Bandung. Penulis mempunyai kesempatan pertama untuk mengunjungi Saung Udjo saat kunjungan dari kegiatan Study visit yang diadakan oleh Prodi. Saung ini melestarikan alat musik tradisional angklung yang merupakan alat musik asli dari jawa barat. Alat musik yang terbuat dari bambu ini sangat menarik peminat banyak pengunjung yang mengunjungi Saung Udjo, tidak hanya dari dalam negeri, turis mancanegarapun turut terkagum-kagum dengan alat musik tradisional yang satu ini. Nada-nada indah yang keluar dari Angklung ini seakan membangkitkan semangat rasa cinta tanah air penulis untuk lebih mencintai budaya dan seni yang ada di Indonesia.
Kedua upaya yang dilakukan oleh seniman diatas menunjukkan bangsa kita dapat bersaing baik ditingkat regional maupun ditingkat dunia. Jika hal ini juga dilakukan dalam bidang-bidang lain dan diawasi perkembangannya serta dijadikan sempurna baik secara sistem dan bentuknya, maka Asean Economic Community 2015 bukanlah masalah yang sulit. Keinginan untuk menjadi bangsa yang besar ditahun 2045 pun bukanlah sesuatu hal yang mustahil bahkan bisa lebih cepat dari perkiraan tersebut.
Bahan Intropeksi
Dosen Antropology Budaya di semester satu prodi Psikologi, pernah mengatakan bahwa Gamelan, Gambang kromong, dan alat-alat musik lain di Indonesia mempunyai nilai yang sangat tinggi. Selain nilai budaya dan seni, diyakini oleh beliau alat-alat musik ini mempunyai nilai non-material yang tinggi juga. Hal ini dapat dilihat di suatu penjara didaerah amerika pernah melakukan percobaan untuk menguji kehebatan alat musik gamelan.  Para narapidana secara tidak langsung diperdengarkan dengan bunyi-bunyian dari suara alat musik gamelan setiap hari. Dalam beberapa bulan percobaan terjadi perubahan terhadap sikap para narapidana dari yang dulunya terkenal beringas dan kejam menjadi lebih tenang dari pembawaannya.
Disaat kita berlomba-lomba mempelajari dan menguasai teknologi dari barat, bangsa barat mulai berusaha untuk mempelajari dan menguasai seni dan budaya dari Timur, inilah yang membuat lebih banyak turis mancanegara yang hadir dalam sanggar-sanggar kesenian di Indonesia. Dilain sisi, kita patut bangga karena seni dan budaya kita diapresiasikan dan dipelajari oleh turis mancanegara, dilain sisi pula kita patut melihat ini sebagai fenomena nyata bagaimana sikap bangsa ini dalam mempelajari kesenian dan kebudayaan dari bangsa ini.
Anak muda sekarang lebih cenderung bergaya kebarat-baratan yang dinilai mereka lebih modern. Mereka juga cenderung mempelajari kesenian dan kebudayaan dari negeri-negeri lain yang dinilai lebih keren. Serta mengamalkan prilaku barat agar dibilang tidak ketinggalan jaman. Padahal bangsa ini sedang membutuhkan pewaris dari dalam negeri yang mau mewariskan dan bangga terhadap kebudayaan dan kesenian dari dalam bangsa ini. Belum tentu budaya dari bangsa lain akan sesuai dengan budaya kita sebagai bangsa Indonesia.

Semoga semua fenomena diatas dapat menjadi pembelajaran dan bahan intropeksi bagi kita bangsa Indonesia untuk lebih mencintai, menghargai, menghormati dan mewariskan seni dan budaya dari dalam negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar