Malam ini 12 januari 2014 saya
membaca artikel tentang film The Hobbit:
The Desolation of Smaug arahan Peter Jackson, disana menceritakan tentang
keterlibatan alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia tepatnya di
tanah Jawa yaitu Gamelan. Ternyata suara dari alat musik Gamelan ini dimasukkan
untuk mengisi musik di film yang mulai rilis bulan desember 2013 itu.
Film The Hobbit ini merupakan
Trilogy ke dua dari novel yang ditulis dengan judul yang sama. Kisah di film
ini menceritakan tentang perjalanan seorang Hobbit yang bernama Bilbo merantau
bersama rombongan kurcaci dan penyihir yang bernama Gandalf untuk pergi ke
gunung sunyi tempat dimana kerajaan para kurcaci tersebut yang sekarang
dikuasai oleh naga bernama Smaug. Digunung tersebut dipenuhi oleh jutaan keping
emas yang menandakan besar dan kayanya kekuasaan dari kerajaan the dwarf. Untuk merebut dan
mengembalikan kekuasaan dari para kurcaci ini, maka perjalanan di dunia yang
dinamai Middle-Earth ini menuju
gunung sunyi ini dipimpin langsung oleh Thorin
sang putra raja.
Bilbo yang terlibat dalam
perjalanan tersebut diperuntukkan untuk mencuri arkenstone dari tangan naga. Dalam perjalanannya mereka dihadang
makhluk-makhluk seperti goblin, Orc,
elves, laba-laba, dll yang membuat ceritanya menjadi menegangkan untuk
disaksikan. Film yang merupakan kisah sebelum film Lord of the Rings ini juga memecahkan rekor box office dengan
meraup $ 84,8 juta di amerika pada pekan pertama perilisannya.
Terlepas dari betapa menegangkan
dan menariknya film ini, ternyata film ini secara tidak langsung membanggakan
sekaligus mengenalkan Indonesia di mata dunia dengan kehadiran alat musik
Gamelan didalamnya. Hal ini terjadi ketika produser film the Hobbit menghubungi New
Zealand Symphony Orchestra untuk memasukkan musik baru didalam film
tersebut, dan pihaknya memberikan nama Budi dengan Budi Surasa Putra yang merupakan
anggota kelompok musik gamelan di negara selandia baru yang bernama Music Director Padhang Moncar. Karena
tertarik dengan keunikan suara gamelan akhirnya sang produser memasukkan musik
gamelan kedalam film tersebut. Budi yang juga merupakan lulusan Institut Seni
Indonesia (ISI) Surakarta ini mengaku bangga, karena gamelan diminta secara
langsung untuk mengisi iringan musik di film ini.
Membangkitkan Optimisme
Fenomena diatas pada dasarnya
menunjukkan kemampuan budaya dan seni Indonesia untuk bersaing dan terkenal di
tingkat Internasional. Hal ini tentu saja sangat membanggakan, akan tetapi
bisakah kita selaku warga negara Indonesia ikut mengenalkan seni dan budaya
Indonesia kepada dunia, minimal menjaga dan melestarikannya. Apakah kita harus
menunggu sampai kebudayaan asli di Indonesia ini terkikis atau diklaim oleh
negara lain baru kita berusaha melestarikannya?
Usaha yang dilakukan Budi yang
sejak tahun 1996 menetap di Selandia Baru ini termasuk usaha yang harus
diacungkan jempol serta diapresiasikan oleh pemerintah Indonesia, selain
berusaha melestarikan seni dan budaya di Indonesia, hal ini turut mengenalkan
Indonesia di mata dunia sebagai negeri yang bukan hanya dikenal sebagai Bali.
Selain budi, usaha pelestarian
terhadap seni dan budaya Indonesia ini juga dilakukan oleh Saung Udjo yang
berada di daerah Bandung. Penulis mempunyai kesempatan pertama untuk
mengunjungi Saung Udjo saat kunjungan dari kegiatan Study visit yang diadakan
oleh Prodi. Saung ini melestarikan alat musik tradisional angklung yang
merupakan alat musik asli dari jawa barat. Alat musik yang terbuat dari bambu
ini sangat menarik peminat banyak pengunjung yang mengunjungi Saung Udjo, tidak
hanya dari dalam negeri, turis mancanegarapun turut terkagum-kagum dengan alat
musik tradisional yang satu ini. Nada-nada indah yang keluar dari Angklung ini
seakan membangkitkan semangat rasa cinta tanah air penulis untuk lebih
mencintai budaya dan seni yang ada di Indonesia.
Kedua upaya yang dilakukan oleh
seniman diatas menunjukkan bangsa kita dapat bersaing baik ditingkat regional
maupun ditingkat dunia. Jika hal ini juga dilakukan dalam bidang-bidang lain
dan diawasi perkembangannya serta dijadikan sempurna baik secara sistem dan
bentuknya, maka Asean Economic Community
2015 bukanlah masalah yang sulit. Keinginan untuk menjadi bangsa yang besar
ditahun 2045 pun bukanlah sesuatu hal yang mustahil bahkan bisa lebih cepat
dari perkiraan tersebut.
Bahan Intropeksi
Dosen Antropology Budaya di
semester satu prodi Psikologi, pernah mengatakan bahwa Gamelan, Gambang
kromong, dan alat-alat musik lain di Indonesia mempunyai nilai yang sangat
tinggi. Selain nilai budaya dan seni, diyakini oleh beliau alat-alat musik ini
mempunyai nilai non-material yang tinggi juga. Hal ini dapat dilihat di suatu
penjara didaerah amerika pernah melakukan percobaan untuk menguji kehebatan
alat musik gamelan. Para narapidana
secara tidak langsung diperdengarkan dengan bunyi-bunyian dari suara alat musik
gamelan setiap hari. Dalam beberapa bulan percobaan terjadi perubahan terhadap
sikap para narapidana dari yang dulunya terkenal beringas dan kejam menjadi
lebih tenang dari pembawaannya.
Disaat kita berlomba-lomba
mempelajari dan menguasai teknologi dari barat, bangsa barat mulai berusaha
untuk mempelajari dan menguasai seni dan budaya dari Timur, inilah yang membuat
lebih banyak turis mancanegara yang hadir dalam sanggar-sanggar kesenian di
Indonesia. Dilain sisi, kita patut bangga karena seni dan budaya kita
diapresiasikan dan dipelajari oleh turis mancanegara, dilain sisi pula kita
patut melihat ini sebagai fenomena nyata bagaimana sikap bangsa ini dalam
mempelajari kesenian dan kebudayaan dari bangsa ini.
Anak muda sekarang lebih
cenderung bergaya kebarat-baratan yang dinilai mereka lebih modern. Mereka juga
cenderung mempelajari kesenian dan kebudayaan dari negeri-negeri lain yang
dinilai lebih keren. Serta mengamalkan prilaku barat agar dibilang tidak
ketinggalan jaman. Padahal bangsa ini sedang membutuhkan pewaris dari dalam
negeri yang mau mewariskan dan bangga terhadap kebudayaan dan kesenian dari
dalam bangsa ini. Belum tentu budaya dari bangsa lain akan sesuai dengan budaya
kita sebagai bangsa Indonesia.
Semoga semua fenomena diatas
dapat menjadi pembelajaran dan bahan intropeksi bagi kita bangsa Indonesia
untuk lebih mencintai, menghargai, menghormati dan mewariskan seni dan budaya
dari dalam negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar