Selasa, 17 Desember 2013

Pemuda banyak wacana, sudah tua hanya diam saja?


tulisan ini sengaja dibuat menggantung, karena memang pembahasan tentang pemuda tidak akan pernah dapat mencapai hakikat yang pasti, akan banyak perdebatan jika kita membahas tentang pemuda, setidaknya didalam tulisan ini dapat membuat kita sadar terutama pemuda bahwa ada masalah yang harus kita benahi dalam diri kita sebelum kita membenahi lingkungan kita. enjoy!!!


Mengutip sebuah quote tentang pemuda dari pemimpin pergerakan Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna, mengatakan,
Sejak dulu hingga se­karang, pemuda merupakan pilar ke­bangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pe­muda adalah rahasia kekuatannya. Da­lam setiap pemikiran, pemuda adalah peng­ibar panji-panjinya.”
ya menjadi fitrah pemuda bahwa mereka adalah pilar kebangkitan, tidak akan pernah bisa kita ingkari bahwa pemuda adalah generasi yang membawa kebangkitan terutam di lingkungan sekitarnya. Bahkan sosok pendiri Negara Indonesia yaitu Ir. Soekarno mengatakan dalam sebuah orasinya,
berikan aku 10 orang tua, maka akan kucabut gunung dari akarnya. Namun berikan aku 1 orang pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.”
Pernyataan dari founding father Indonesia itu menyadarkan kita bahwa kekuatan dari pemuda ini sangatlah besar. Potensi-potensi yang ada didalam diri setiap pemuda mempunyai potensi yang sangat luar biasa. Pemuda ibarat matahari di jam 12, yaitu saat dimana matahari memancarkan sinarnya yang begitu terang dan panas. Begitu juga pemuda, pemuda mempunyai kekuatan, pemikirannya yang kritis, rasa mau tau yang besar,idealis, selalu bisa melahirkan inovasi-inovasi baru, bahkan di Indonesia bukti nyata dari kekuatan pemuda telah terbukti disaat pemuda berhasil menduduki gedung MPR dan meruntuhkan Rezim Orde Baru di zaman Pak Harto tahun 1998.
Masih teringat di benak kita belum lama ini bagaimana kekuatan pemuda akan dapat selalu meruntuhkan sebuah rezim, tepatnya di Mesir, saat itu rezim yang dipimpin oleh Mohamed Morsi berhasil di gulingkan oleh para pemudanya yang menuntut sebuah reformasi. Selain itu jika kita kilas balik dizaman dulu, ada sejumlah nama pemuda yang pandai memimpin strategi dan berperang yaitu khalid bin walid, salahudin al-ayubi, Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan masih banyak lagi.
Begitu kuatnya kekuatan dan pengaruh pemuda dalam memegang peranan di dunia ini. Oleh karena itu kata-kata dari hasan al-bana cukuplah mewakili bagaimana pemuda itu sebenarnya. Walaupun seribu tahun mendatang tidaklah pernah berubah peranan dan fungsi pemuda ini.
Namun ada fenomena di zaman sekarang ini yang biasa disebut zaman post-modern, zaman globalisasi, alam pikiran realita (bahasa antropologi budaya), atau apapun itu orang menyebutnya, yaitu pemuda dan wacananya. Lalu mengapa pemuda dikaitkan dengan wacana? Bukankah hal wajar jika seorang pemuda akan selalu mempunyai wacana sebagai hasil dari pemikiran-pemikirannya atau dalam bahasa ilmu filsafat sebagai hasil dari proses berfilsafat?
Jawabannya tentu saja tidak akan pernah salah pemuda dalam berwacana, karena hal itu merupakan hakikat pemuda itu sendiri yang akan selalu berfikir dan melakukan perubahan seperti yang dikutip dalam kata-kata Hasan Al-bana diatas. Ibarat ilmu psikologi, ilmu psikologi akan selalu ada selama objek yang dipelajarinya yaitu manusia tetap eksis (pernyataan ini belum menjawab jika saja suatu saat terjadi pemberontakan oleh robot-robot yang diciptakan manusia), begitu juga halnya dengan pemuda, wacana akan selalu ada selama pemuda-pemuda selalu berfikir untuk memenuhi rasa ingin tahunya, memenuhi sikap kritisnya, idealismenya.
Akan tetapi fenomena pemuda dan wacana ini sudah mencapai tahap yang hampir memprihatinkan, saya mengutip sebuah kata-kata dari Presiden BEM UNS dalam sesi diskusi di bulan oktober lalu, yaitu:
kelemahan pemuda di zaman sekarang ini ada 2, terlalu banyak wacana tetapi jarang terlaksana dan tanggap soal pujian serta tepuk tangan kepada pemuda.”
Mengapa wacana dizaman sekarang menjadi kelemahan  bagi pemuda? (kembali kita berfilsafat), ya seperti kata-kata diatas, bahwasanya sekarang ini pemuda terlalu banyak membuat wacana-wacana bahkan wacana tersebut sudah matang dan hampir tidak ada celah untuk menjatuhkan wacana tersebut. Tetapi dalam pelaksanaannya atau eksekusinya bisa saja nol, dan fenomena ini banyak sekali terjadi.
Saya mengambil contoh simpel dimana menjelang liburan semester, teman-teman saya mengajak saya untuk berpergian ke bandung, jogja, surabaya, semarang, gunung semeru, tawamangu dan banyak kawasan wisata lainnya. Akan tetapi pelaksaannya kalian tahulah, pasti jarang terlaksana. Atau contoh lain di sebuah organisasi, salah seorang pemuda dalam organisasi membuat sebuah proker yang luar biasa mempunyai kemanfaatan banyak bagi orang lain, akan tetapi karena terhalang oleh faktor internal dan eksternal sebuah proker hanyalah sebuah proker, proker yang hanya tertulis di sebuah kertas yang nantinya akan hilang, tersobek atau bahkan menjadi sampah atau bahkan yang lebih buruknya lagi proker tersebut hanya tertanam di otak sang pemuda.
Saya sadar betul tidak semuanya contoh diatas terjadi kepada para pembaca sekalian, tetapi inilah fenomena yang saya lihat dari keadaan disekitar saya baik sewaktu SMP, SMA, sampai di saat kuliah ini. Dosen antropologi budaya di prodi tempat saya belajar menuntut ilmu pernah menyatakan dalam kuliahnya, bahwa fenomena ini terjadi atas akumulasi dari budaya-budaya sebelumnya dan dipengaruhi oleh karakter dasar manusia serta pola perkembangan manusia itu sendiri. Oleh karena itu saya tidak menyatakan semua pemuda hanya berwacana saja, akan tetapi Fenomena yang terjadi seperti itu.
Assisten AAI saya mengatakan kepada saya tentang penyebab terjadi nya fenomena tersebut, salah satunya adalah ketakutan dari para pemudanya sendiri untuk mengimplementasikan wacana nya. saya rasa betul juga bahwa ketakutan berperan penting dalam seberapa besar wacana dijalankan atau tidaknya. Namun hal itu akan menjurus kepertanyaan apakah pemuda zaman sekarang ini penakut? Lho, sampai saat ini saya masih berfikir tentang hal ini, akan tetapi saya yakin seyakin yakinnya bahwa pemuda takkan pernah gentar ataupun takut menghadapi apapun.
Menurut ilmu dari antropologi budaya yang saya pelajari adalah yang membuat sebuah Kebudayaan itu hancur disebabkan oleh 3 hal, yaitu jiwa pemalas, mental penerobos, dan bukan jiwa penantang. Jika kita mengkaji satu persatu dari 3 penyebab diatas saya rasa kita dapat menarik garis yang menunjukkan mengapa pemuda zaman sekarang kebanyakan hanya dapat berwacana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar