Jumat, 27 Desember 2013

Esensi Kegiatan Jalan Kaki


Jalan kaki merupakan sebuah aktivitas yang sangat dasar bagi manusia. Saat masih berumur 2 tahun pun kita sudah diajarkan untuk berjalan. Selain itu dengan jalan kaki kita dapat menjangkau tempat apapun yang kita mau jangkau didunia ini. Jika kita ingin ke puncak gunung kita harus jalan kaki, ingin menyusui gua tentu harus jalan kaki. Jadi jalan kaki ini merupakan sebuah kebutuhan pokok bagi manusia dalam menjalankan hidupnya.
Bagi saya, jalan kaki itu merupakan sebuah anugerah yang besar, entah mulai kapan saya suka jalan kaki. Kemana saya pergi biasanya saya mendahulukan jalan kaki terlebih dahulu daripada memilih naik sebuah kendaraan. Karena bagi saya, jalan kaki itu mempunyai esensi yang luar biasa banyaknya.
Kebiasaan jalan kaki ini masih tertanam pada diri saya, kemanapun dan dimanapun saya berada. Saya menikmati betul dengan aktivitas yang satu ini karena dengan berjalan tentu kita lebih sehat dan kuat. Namun bagi saya tidak hanya sampai disitu saja esensi dari sebuah aktivitas yang ringan ini.
Saya menjadi lebih peka terhadap keadaan dilingkungan sekitar saya ketika saya jalan daripada naik kendaraan. Saya bebas melihat apapun yang saya ingin dan tidak saya ingin. Banyak pelajaran yang saya petik dari setiap perjalanan baik perjalanan panjang maupun yang hanya berjarak 100m dari rumah.
Saat berjalan, saya melihat realita nyata tentang keadaan di negeri ini dimana kemiskinan, kebersihan, kriminalitas, rendahnya moral, dan lain-lain yang biasa saya lihat dimedia massa. Suatu realita yang mencerminkan bagaimana kondisi negeri saya sekarang ini. Sebuah realita yang secara tidak langsung menampar keras pipi saya untuk sadar dengan keadaan dan kenyataan yang ada. Disaat saya bersenang-senang menikmati kuliah bersama teman-teman lain, diluar sana banyak yang mengemis mencari uang, bukan untuk sekolah apalagi kuliah, mereka hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan dasar biologis mereka yaitu mencari makan. Karena tanpa makanan bisa saja mereka mati kelaparan dijalanan.
Disaat saya kuliah dan sibuk menuntut pemerintah untuk menurunkan angka kriminalitas, diluar sana banyak kriminalitas yang terjadi, macam-macam kriminalitas ada di jalanan. Mengapa ada yang namanya kriminalitas? Apakah itu sebuah hobi? Tentu saja tidak tapi mungkin saja sebagian iya. Tapi pada dasarnya tingginya angka kriminalitas tersebut karena ada alasan yang menjadi landasan mengapa mereka menjadi seorang penjahat.
Disaat saya kuliah dan sibuk menuntut pemerintah agar membrantas korupsi, diluar sana banyak kejadian korupsi kecil yang saya lihat tetapi saya lemah tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu kontribusi apa yang membuat saya berani menuntut pemerintah untuk membrantas korupsi. Kontribusi paling dasar saya adalah kepedulian saya terhadap kondisi bangsa ini karena menjadi bangsa yang dikenal dengan tingginya angka korupsi.
Lalu baru-baru ini, tepatnya setelah turun dari kereta senja utama jurusan Jogjakarta-Jakarta, saya memutuskan untuk berjalan kaki dari Jatinegara sampai pulomas. Bukan betapa jauhnya jarak dari Jatinegara-Pulomas yang ingin saya ceritakan. Akan tetapi pada sebuah pengalaman yang saya lihat sendiri dijalan raya, yaitu sebuah ajang balapan liar. Padahal balapan liar tersebut terjadi didepan LP Cipinang, dan didaerah Cipinang terdapat banyak kantor intansi Polisi. Lalu mengapa masih marak yang namanya balapan liar? Apakah polisi menunggu sampai waktu yang tepat untuk merazia? Ataukah mereka tahu tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Atau bisa saja mereka pura-pura untuk tidak peduli? Atau paling parahnya mereka memang sudah tidak peduli? Berspekulasi terhadap pak polisi ini rasanya kurang tepat, karena tidak cukup dengan mengandalkan polisi yang mempunyai personel terbatas untuk menjalankan tugasnya.
Dilihat dari sisi balap liar, tentu saja balap liar ini lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Balapan membutuhkan bensin, bahkan mereka menggunakan bensin yang disubsidi, lebih parahnya bensin tersebut digunakan untuk ajang balap liar yang mungkin saja dapat menimbulkan korban jiwa. Lalu jika sudah terjadi seperti ini, sudah akan samar-samar siapa yang bersalah dan berdosa, apakah pemerintah yang dengan subsidi BBMnya ataukah pelaku balap liar itu sendiri, ataukah orang tua dari pelaku balap liar, ataukah polisi, ataukah masyarakat, dan masih banyak lagi. Segalanya menjadi samar-samar dalam kasus balap liar ini.
Selain balap liar, saya masih melihat fenomena nyata yang terjadi saat saya berjalan kaki pulang dari Jatinegara-Pulomas, yaitu lapak perzinahan disamping rel kereta, lebih tepatnya juga didepan LP Cipinang. Apakah lapak ini dibuat sengaja dan dikenakan pajak oleh pemerintah atau setidaknya oleh lurah setempat? Ataukah tempat ini memang sudah difungsikan dari dulu kala sebagai tempat perzinahan? Entahlah, yang jelas sangat mengglitik saya melihat fenomena seperti ini.
Itulah sedikit esensi yang bisa kita dapatkan dari jalan kaki. Semoga kita dapat lebih peka terhadap keadaan disekitar kita dan syukur-syukur kita bisa mencarikan sebuah solusi yang solutif untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dinegara ini, dan semoga semua solusi itu berawal dari aktivitas yang bernama Jalan Kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar