Jalan
kaki merupakan sebuah aktivitas yang sangat dasar bagi manusia. Saat masih
berumur 2 tahun pun kita sudah diajarkan untuk berjalan. Selain itu dengan
jalan kaki kita dapat menjangkau tempat apapun yang kita mau jangkau didunia
ini. Jika kita ingin ke puncak gunung kita harus jalan kaki, ingin menyusui gua
tentu harus jalan kaki. Jadi jalan kaki ini merupakan sebuah kebutuhan pokok
bagi manusia dalam menjalankan hidupnya.
Bagi
saya, jalan kaki itu merupakan sebuah anugerah yang besar, entah mulai kapan
saya suka jalan kaki. Kemana saya pergi biasanya saya mendahulukan jalan kaki
terlebih dahulu daripada memilih naik sebuah kendaraan. Karena bagi saya, jalan
kaki itu mempunyai esensi yang luar biasa banyaknya.
Kebiasaan
jalan kaki ini masih tertanam pada diri saya, kemanapun dan dimanapun saya
berada. Saya menikmati betul dengan aktivitas yang satu ini karena dengan
berjalan tentu kita lebih sehat dan kuat. Namun bagi saya tidak hanya sampai
disitu saja esensi dari sebuah aktivitas yang ringan ini.
Saya
menjadi lebih peka terhadap keadaan dilingkungan sekitar saya ketika saya jalan
daripada naik kendaraan. Saya bebas melihat apapun yang saya ingin dan tidak
saya ingin. Banyak pelajaran yang saya petik dari setiap perjalanan baik
perjalanan panjang maupun yang hanya berjarak 100m dari rumah.
Saat
berjalan, saya melihat realita nyata tentang keadaan di negeri ini dimana
kemiskinan, kebersihan, kriminalitas, rendahnya moral, dan lain-lain yang biasa
saya lihat dimedia massa. Suatu realita yang mencerminkan bagaimana kondisi
negeri saya sekarang ini. Sebuah realita yang secara tidak langsung menampar
keras pipi saya untuk sadar dengan keadaan dan kenyataan yang ada. Disaat saya
bersenang-senang menikmati kuliah bersama teman-teman lain, diluar sana banyak
yang mengemis mencari uang, bukan untuk sekolah apalagi kuliah, mereka hanya
sekedar ingin memenuhi kebutuhan dasar biologis mereka yaitu mencari makan.
Karena tanpa makanan bisa saja mereka mati kelaparan dijalanan.
Disaat
saya kuliah dan sibuk menuntut pemerintah untuk menurunkan angka kriminalitas,
diluar sana banyak kriminalitas yang terjadi, macam-macam kriminalitas ada di
jalanan. Mengapa ada yang namanya kriminalitas? Apakah itu sebuah hobi? Tentu
saja tidak tapi mungkin saja sebagian iya. Tapi pada dasarnya tingginya angka
kriminalitas tersebut karena ada alasan yang menjadi landasan mengapa mereka
menjadi seorang penjahat.
Disaat
saya kuliah dan sibuk menuntut pemerintah agar membrantas korupsi, diluar sana
banyak kejadian korupsi kecil yang saya lihat tetapi saya lemah tidak dapat
berbuat apa-apa. Lalu kontribusi apa yang membuat saya berani menuntut
pemerintah untuk membrantas korupsi. Kontribusi paling dasar saya adalah
kepedulian saya terhadap kondisi bangsa ini karena menjadi bangsa yang dikenal
dengan tingginya angka korupsi.
Lalu
baru-baru ini, tepatnya setelah turun dari kereta senja utama jurusan
Jogjakarta-Jakarta, saya memutuskan untuk berjalan kaki dari Jatinegara sampai
pulomas. Bukan betapa jauhnya jarak dari Jatinegara-Pulomas yang ingin saya
ceritakan. Akan tetapi pada sebuah pengalaman yang saya lihat sendiri dijalan
raya, yaitu sebuah ajang balapan liar. Padahal balapan liar tersebut terjadi
didepan LP Cipinang, dan didaerah Cipinang terdapat banyak kantor intansi
Polisi. Lalu mengapa masih marak yang namanya balapan liar? Apakah polisi
menunggu sampai waktu yang tepat untuk merazia? Ataukah mereka tahu tapi tidak
dapat berbuat apa-apa. Atau bisa saja mereka pura-pura untuk tidak peduli? Atau
paling parahnya mereka memang sudah tidak peduli? Berspekulasi terhadap pak
polisi ini rasanya kurang tepat, karena tidak cukup dengan mengandalkan polisi
yang mempunyai personel terbatas untuk menjalankan tugasnya.
Dilihat
dari sisi balap liar, tentu saja balap liar ini lebih banyak mudharatnya
ketimbang manfaatnya. Balapan membutuhkan bensin, bahkan mereka menggunakan
bensin yang disubsidi, lebih parahnya bensin tersebut digunakan untuk ajang
balap liar yang mungkin saja dapat menimbulkan korban jiwa. Lalu jika sudah terjadi
seperti ini, sudah akan samar-samar siapa yang bersalah dan berdosa, apakah
pemerintah yang dengan subsidi BBMnya ataukah pelaku balap liar itu sendiri,
ataukah orang tua dari pelaku balap liar, ataukah polisi, ataukah masyarakat,
dan masih banyak lagi. Segalanya menjadi samar-samar dalam kasus balap liar
ini.
Selain
balap liar, saya masih melihat fenomena nyata yang terjadi saat saya berjalan
kaki pulang dari Jatinegara-Pulomas, yaitu lapak perzinahan disamping rel
kereta, lebih tepatnya juga didepan LP Cipinang. Apakah lapak ini dibuat
sengaja dan dikenakan pajak oleh pemerintah atau setidaknya oleh lurah
setempat? Ataukah tempat ini memang sudah difungsikan dari dulu kala sebagai
tempat perzinahan? Entahlah, yang jelas sangat mengglitik saya melihat fenomena
seperti ini.
Itulah
sedikit esensi yang bisa kita dapatkan dari jalan kaki. Semoga kita dapat lebih
peka terhadap keadaan disekitar kita dan syukur-syukur kita bisa mencarikan
sebuah solusi yang solutif untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada
dinegara ini, dan semoga semua solusi itu berawal dari aktivitas yang bernama
Jalan Kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar