Jumat, 27 Desember 2013

Saya dan Status Mahasiswa Baru


Tulisan ini merupakan curahan hati seorang mahasiswa baru yang baru saja melewati semester satu disebuah universitas negeri di kota solo. Bukan sebuah tulisan yang serius, akan tetapi lebih kepada pandangan seorang penulis terhadap gejala-gejala yang selama ini penulis tangkap dalam kehidupan disemester satu. Enjoy!!!

Tak terasa betul satu semester ini telah dilewati, masuk kesemester ini pun merupakan sesuatu yang sangat tidak sengaja dan sangat tidak pernah diduga sebelumnya. Saya dulu bercita-cita menjadi seorang perwira dengan pangkat di bahunya beserta kegagahan lain layaknya seorang perwira. Bahkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut, saya harus merelakan 1 tahun hanya untuk memenuhi syarat yang diminta oleh panitia penyeleksi.

Tapi apa daya jika nasib tahun ini tidak kunjung membawa saya kepada cita-cita yang saya inginkan. Lalu apakah saya harus menyerah dengan sebuah kenyataan bahwa saya mengalami suatu kegagalan? Dalam bukunya Prie G.S berkata ada 4 cara untuk menghadapi kegagalan, cara yang pertama adalah sakit menghadapi kegagaln tersebut dan menghibur diri dengan memberikan nasihat-nasihat bijak. Lalu cara kedua dengan cara memprotes keputusan panitia penyeleksi, tapi cara ini bukanlah cara saya dalam membuat hati saya tentram setelah mengalami kegagalan.

Cara yang ketiga agak sedikit tidak waras dan lebih baik jangan dilakukan, yaitu berpura-pura lulus seleksi dan membeli sebuah seragam layaknya seorang perwira. Atau cara terakhir yaitu cara yang saya pilih,yaitu menikmati kegagalan ini dengan berkata saya boleh gagal dalam sebuah seleksi, tapi saya tidak akan gagal dalam hidup. Itulah yang saya pegang teguh selama ini dan mungkin juga yang membuat saya dapat menjadi seorang mahasiswa.

Dengan menikmati sebuah kegagalan tersebut, saya mengambil banyak hikmahnya, yaitu berat badan saya menjadi ideal, saya menjadi lebih disiplin, saya menjadi lebih tangguh, menjadi lebih kritis dan peka terhadap keadaan, dan yang terakhir mengubah persepsi dalam hidup saya bahwa hidup saya tidak harus selalu menjadi militer akan tetapi jika saya ingin menjadi warga sipil pun saya bisa sukses layaknya seorang perwira.

Status sebagai mahasiswa baru tidaklah buruk seperti yang selama ini saya bayangkan, bahkan status mahasiswa baru ini menambah khazanah pengetahuan yang saya miliki. Mengubah persepsi, mengubah ideologi, mengubah cara pikir, dan menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelum-sebelumnya. Sebagai contoh dulu saya berpikir bahwa sebuah aksi demonstrasi adalah hal yang sangat mengganggu dan tidak bermanfaat, akan tetapi setelah saya menjadi mahasiswa, saya melihat sebuah aksi ini sangat perlu dinegara yang “katanya” menjunjung tinggi demokrasi. Sekaligus aksi ini sebagai salah satu cara untuk mengawal pemerintahan yang ada dinegara ini.

Bahkan tidak hanya sekedar mengawal, akan tetapi aksi ini juga sebagai sarana refleksi bagi diri sendiri bahwa masalah dinegara ini sangat pelik dan butuh penyelesaiannya, dan bagaiamana penyelesaiannya? Yaitu mahasiswa dan pemuda-pemuda lainlah yang akan menjadi cikal bakal pemimpin bangsa ini kedepannya. Ditangan para pemuda inilah nasib bangsa Indonesia digantungkan. Seberapa besar kualitas pemudanya akan sangat menentukkan nasib bangsa ini kedepannya.

Hanya cukup sampai disana? Tentu tidak, aksi pun mengingatkan kita bahwa perjuangan itu tidaklah mudah, karena dalam menjalani sebuah aksi, kita akan mendapat pujian dan lebih banyak cacian dari orang-orang yang awam dan apatis terhadap aksi ini. Selain itu aksi juga merupakan sebuah bentuk kepedulian kita bagi negara ini. Aksipun dapat memunculkan banyak solusi-solusi kecil yang akan membantu negara ini berkembang, tidak perlulah kita membuat solusi-solusi besar karena solusi-solusi kecilpun pada akhirnya akan berkembang menjadi solusi besar, ambil contoh seperti “Indonesia Mengajar” yang digagas calon presiden 2014 yang juga rektor Universitas Swasta terkenal.

Selain mengubah paradigma saya, menjadi mahasiswa pun ternyata seperti sebuah kehidupan yang saya nanti-nantikan, karena dengan menjadi mahasiswa, saya dapat dengan bebas mengeluarkan pikiran-pikiran saya walaupun hanya melalui sebuah tulisan. Dengan status mahasiswa pula kita dapat lebih banyak berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki persepsi, pandangan, paradigma, ideologi masing-masing, sehingga hal ini seperti layaknya Universitas Terbuka dimana Dosennya pun berasal dari kalangan apapun asalkan kita mau menerima mereka untuk memberikan ilmunya kepada kita. Jika kita hanya pasif menunggu, jelaslah bahwa akan sulit bagi kita untuk mendapatkan ilmu seperti ini.

Status mahasiswa pun menjadikan saya lebih bijak dalam melihat dan mengambil sebuah peluang dan keputusan. Hal yang selama ini sangat sulit didapatkan dalam kehidupan saya sebelumnya. Dengan berbagai macam kegiatan-kegiatan yang ada di kampus, maka kita harus dengan bijak menyeleksinya agar ilmu yang ingin kita dalami dan kita ambil dapat kita dapatkan secara utuh. 

Sangat sayang bagi seorang mahasiswa jika hanya diam dikost, belajar dari buku-buku yang mungkin dimasa mendatang teori dari buku tersebut sudah tidak berlaku lagi, mengejar sebuah IP, dan lulus sebagai mahasiswa biasa saja tanpa meninggalkan kesan yang berbekas dibangku kuliah. Ibarat seekor kuda yang memakai kacamata kuda, pandangannya hanya lurus kearah yang diinginkan pawangnya, tanpa bisa melihat potensi kebahagiaan dikanan dan kirinya. 

Lalu apakah salah menjadi seorang yang seperti itu? Tentu tidaklah salah, karena setiap orang mempunyai caranya untuk menentukkan jalannya masing-masing, atau biasa kita sebut sebuha passion dan mereka juga mempunyai prioritas yang harus didahulukan daripada harus aktif dikampusnya. Bisa jadi mahasiswa seperti ini tidak aktif dikehidupan kampus, tetapi dia aktif dikehidupan sosial secara langsung.

Pada akhirnya, sebagai seorang mahasiswa baru yang secara tidak sengaja terjebak didunia kampus ini mengambil kesimpulan bahwa mahasiswa itu bebas, bebas menentukan passion kita, bebas menentukkan prioritas kita, bebas menjadi apa saja yang kita inginkan. Hal inilah yang selama ini diperjuangkan oleh mahasiswa-mahasiswa dizaman Orde Baru, dimana mereka tidak bisa berkembang dan tidak bisa bebas. Selain itu inilah yang bisa disebut sebagai pengamalan nilai-nilai demokrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar